Jika ada yang bertanya kepada
saya. Manakah yang paling berkesan, masa-masa
SMP atau SMA ? Dengan spontan, tentu saya akan menjawab masa-masa SMP.
Bukan tanpa alasan. Bagi saya masa – masa di SMP lebih super duper berkesan. Di
masa itulah membekas berbagai macam rasa. Ada rasa senang, sedih, pilu, kocak,
canda, tawa juga tangis dan haru serta mungkin rasa cinta dan kasih. Di masa
ini pula saya belajar tentang persahabatan. Bahkan di masa ini pula saya
mengenal arti dari sebuah perjuangan. Makna kerja keras dan doa. Hikmah dari
sebuah harapan dan mimpi yang besar.
Bagi sebagian orang mungkin berpikir beda. Mereka bisa saja memilih
masa-masa SMA lebih berkesan. Atau mungkin masa-masa kuliah. Ini wajar. Karena
cita rasa orang memang beda. Saya lebih menikmati masa SMP dan itu sangat
mengingatkanku. Sampai sekarang saya sulit melupakannya. Saya merasa di saat
itulah terjadi batu loncatan yang dahsyat. Bahkan untuk mengisahkan di masa
lalu itu. Butuh puluhan hingga ratusan halaman. Terlalu banyak yang dikenang.
Tepat tahun 2003. Setelah lulus dari bangku sekolah dasar. Tanpa ragu
saya melanjutkan pendidikanku di SMP Negeri 2 Bau-Bau. Sekolahnya orang-orang
hebat. Orang-orang yang telah mengukir sejarah kesuksesan. Sekolah yang telah
banyak melahirkan alumni-alumni yang berhasil dan berjasa. Mungkin image itulah yang mendorong saya untuk
menetapkan hatiku lanjut di sekolah ini. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari
rumah saya, membuat semakin yakin untuk memilih sekolah ini. Kira-kira hanya butuh
waktu 15-20 menit. Tentu saja dengan berjalan kaki. Jika menggunakan sepeda
motor. Kira-kira butuh waktu hanya 5-10 menit. Tidak terlalu lama dan cukup
menyenangkan.
Saya lebih sering berjalan kaki. Ini mengasyikkan sekali. Berjalan kaki
diantara pohon-pohon yang rindang. Setapak demi setapak yang rapi. Rumah-rumah
yang berjejer indah. Bunga-bunga yang terangkai cantik dipinggir jalan. Hanya
sedikit mobil dan motor yang melintas. Semakin menambah kesejukan dan
kenyamanan menikmatinya. Apalagi berjalan kaki justru membantu kesehatan otak.
Melancarkan peredaran darah di dalam otak. Wajar jika dalam hati saya berucap.
Mungkin ini yang membuat saya dulu menjadi smart.
Hehehe… .
Seiring berjalannya waktu. Perlahan tapi pasti. Sedikit demi sedikit,
saya mulai mengenal karakter teman-teman kelas. Berada di kelas 1.1 waktu itu memang
cukup mengasyikkan. Pasalnya, kelas ini menjadi kelas yang dinobatkan sebagai
kelas unggulan. Perkumpulan siswa-siwa yang memiliki nilai hasil tes yang baik.
Yang cerdas dan berkemampuan di atas rata-rata. Katanya sih begitu. Meski
demikian, kelas ini menjadi bahan perbincangan guru-guru. Bukan karena
kepandaiannya. Tapi karena keributannya. Hahahahaha…
Ruang kelas yang berdekatan dengan ruang dewan guru menjadi benar-benar
ancaman nyata. Hampir tiap hari kami menjadi bulan-bulanannya guru. Mulai dari
ocehan sampai tamparan pernah mewarnai hari-hari kami. Semua itu terjadi ketika
tidak ada guru yang masuk ngajar. Di saat seperti itulah, terjadi hal-hal aneh
di dalam kelas. Mulai dari bernyanyi yang tidak jelas sampai perkelahian karena
alasan sepeleh. Menyebut-nyebut nama orang tua. Saya pulalah yang pernah
menjadi korbannya. Berkelahi karena hal itu. Apalagi kalau ketua kelas mulai
mencatat nama-nama yang ribut. Berbagai macam pembelaan muncul dan semakin
gaduh. Hmmm, mulailah terjadi perang dunia ketiga. Hehehehe… Jangan ditiru ya…
Masa-masa labil di SMP memang sepertinya begitu rentan memicu kekacauan.
Jika tidak diarahkan dengan baik, akan mudah terjerumus dalam keburukan. Kisah akhir
yang bisa saja nanti menyedihkan. Untungnya waktu itu saya cenderung berteman
dengan orang-orang yang baik. Menyibukkan diri dengan belajar. Sesekali bermain
bersama. Kejar-kejaran baik dengan teman-teman sesama pria maupun lawan jenis.
Disitu pula muncul virus-virus merah jambu. Eits, saya bukanlah tipe yang mudah
terjebak dalam mahligai cinta monyet ala SMP. Tapi menyaksikan kisah kasih di
sekolah waktu itu lumayan menstimulasi bayang-bayangku, untuk ikut-ikut dalam
dunia itu. Hehehe…
Keseruan, kebersamaan dan
persaingan kala itu seolah mengajak saya untuk kembali di masa itu. Saya masih
ingat sekali. Setiap habis mata pelajaran penjaskes. Kami yang laki-lakinya langsung
lari terbirit-birit. Berlomba dan berharap lebih dahulu berada di lapangan
depan sekolah. Lapangan berbatu dan sedikit rumput itu, memang biasa digunakan
oleh para siswa yang haus akan bermain sepak bola. Tepat di bawah pohon mangga
besar itulah biasa kami meluapkan rasa lelah. Setelah hampir tiap hari memutar
otak di dalam kelas. Saya memang bukanlah sosok pesebak bola. Ketidakpandaianku
dalam bermain bola selalu menjadi bahan candaan teman-teman. Bagi saya tidak
masalah asalkan menyenangkan, go on
saja.
Sejak itu pula, saya melatih
kemampuan bermain sepak bola. Di tambah sepak takraw dan tenis meja. SMP N 2
Bau-Bau biasa menjadi juara sepak takraw dan tenis meja, bahkan tingkat
provinsi. Bukan cuma itu, beberapa cabang lomba seperti olimpiade matematika, fisika,
biologi dan pidato bahasa inggris pernah mengharumkan nama sekolah.
Setiap upacara senin. Ketika ada
yang baru mengikuti lomba dan meraih juara. Pasti diumumkan di hadapan semua
warga sekolah. Tepuk tangan meriah dan gemuruh kekaguman membahana di antara
para siswa. Bangga sekali mereka yang biasa dipanggil namanya itu. Maju ke
depan, dihadapan banyak orang dan memegang piala serta menerima ucapan selamat
dari kepala sekolah. Menyaksikan hal itu, mendorong siapa saja untuk ingin
seperti itu. Mendapat sambutan kebahagiaan dari seluruh penghuni sekolah.
Ritual pengumuman penghargaan itu
tampaknya berhasil. Saya yang menyaksikan itu dibuat tervisual. Tenggelam dalam
mimpi. Merangsang harapan besar. Ingin
juga seperti itu. Membayangkan jika nama saya yang dipanggil. Betapa bahagianya
orang tua jika tahu anaknya mendapat prestasi.
Betul, kelas dua semester dua. Guru fisika, ibu Marmina menawarkan saya
untuk ikut seleksi olimpiade fisika tingkat kota. Hati berdebar-debar tak
karuan. Sulit menerima amanah ini. Membawa nama sekolah di tingkat kota. Berat
dan ragu berhadapan dengan perwakilan sekolah tingkat kota. Tapi, keinginan
besar itu tetap mengudara di alam impianku. Entahlah, bagaimana rasanya meraih
juara dan membanggakan sekolah serta keluarga.
Karena hasil tak pernah mengkhianati usaha. Berkat kerja keras. Kegigihan
yang menggebu. Doa dari orang-orang terdekat. Akhirnya, nama saya turut
membanggakan sekolah dan keluarga. Juara 1 seleksi olimpiade fisika tingkat
kota Bau-Bau. Tentu bangga dan bersyukur. Semuanya berjalan sesuai apa yang
saya visualkan. Mungkin inilah yang dinamakan the power of dream. Kekuatan mimpi mampu menembus ketidakmungkinan
menjadi nyata. Hanya dibutuhkan keberanian untuk memulai. Itu saja, setelah itu
lihatlah hasilnya.
Segala cerita di masa SMP biarlah menjadi cerita menarik di masa depan.
Sedikitnya bisa memotivasi generasi masa datang. Menjadikan pengalaman itu
sebagai batu loncatan. Agar kita bisa melompat lebih tinggi. Hingga mampu
mencapai bintang-bintang di angkasa. Dengan itu pula, kita menerangi gelap.
Menebar cahaya yang tak kian redup. Semoga kita semua yang pernah terlibat
dalam senda gurau masa-masa SMP, senantiasa sukses dan berjalan sesuai dengan
visualnya. Sekian dan thank you….

Tidak ada komentar:
Posting Komentar