Minggu, 28 Mei 2017

Melirik Masa Lalu di SMP N 2 BAU-BAU




By : Ilham, S,Pd., Gr (Angk. 2006)

Jika ada yang bertanya kepada saya. Manakah yang paling berkesan, masa-masa  SMP atau SMA ? Dengan spontan, tentu saya akan menjawab masa-masa SMP. Bukan tanpa alasan. Bagi saya masa – masa di SMP lebih super duper berkesan. Di masa itulah membekas berbagai macam rasa. Ada rasa senang, sedih, pilu, kocak, canda, tawa juga tangis dan haru serta mungkin rasa cinta dan kasih. Di masa ini pula saya belajar tentang persahabatan. Bahkan di masa ini pula saya mengenal arti dari sebuah perjuangan. Makna kerja keras dan doa. Hikmah dari sebuah harapan dan mimpi yang besar.
Bagi sebagian orang mungkin berpikir beda. Mereka bisa saja memilih masa-masa SMA lebih berkesan. Atau mungkin masa-masa kuliah. Ini wajar. Karena cita rasa orang memang beda. Saya lebih menikmati masa SMP dan itu sangat mengingatkanku. Sampai sekarang saya sulit melupakannya. Saya merasa di saat itulah terjadi batu loncatan yang dahsyat. Bahkan untuk mengisahkan di masa lalu itu. Butuh puluhan hingga ratusan  halaman. Terlalu banyak yang dikenang.
Tepat tahun 2003. Setelah lulus dari bangku sekolah dasar. Tanpa ragu saya melanjutkan pendidikanku di SMP Negeri 2 Bau-Bau. Sekolahnya orang-orang hebat. Orang-orang yang telah mengukir sejarah kesuksesan. Sekolah yang telah banyak melahirkan alumni-alumni yang berhasil dan berjasa. Mungkin image itulah yang mendorong saya untuk menetapkan hatiku lanjut di sekolah ini. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari rumah saya, membuat semakin yakin untuk memilih sekolah ini. Kira-kira hanya butuh waktu 15-20 menit. Tentu saja dengan berjalan kaki. Jika menggunakan sepeda motor. Kira-kira butuh waktu hanya 5-10 menit. Tidak terlalu lama dan cukup menyenangkan.
Saya lebih sering berjalan kaki. Ini mengasyikkan sekali. Berjalan kaki diantara pohon-pohon yang rindang. Setapak demi setapak yang rapi. Rumah-rumah yang berjejer indah. Bunga-bunga yang terangkai cantik dipinggir jalan. Hanya sedikit mobil dan motor yang melintas. Semakin menambah kesejukan dan kenyamanan menikmatinya. Apalagi berjalan kaki justru membantu kesehatan otak. Melancarkan peredaran darah di dalam otak. Wajar jika dalam hati saya berucap. Mungkin ini yang membuat saya dulu menjadi smart. Hehehe… . 
Seiring berjalannya waktu. Perlahan tapi pasti. Sedikit demi sedikit, saya mulai mengenal karakter teman-teman kelas. Berada di kelas 1.1 waktu itu memang cukup mengasyikkan. Pasalnya, kelas ini menjadi kelas yang dinobatkan sebagai kelas unggulan. Perkumpulan siswa-siwa yang memiliki nilai hasil tes yang baik. Yang cerdas dan berkemampuan di atas rata-rata. Katanya sih begitu. Meski demikian, kelas ini menjadi bahan perbincangan guru-guru. Bukan karena kepandaiannya. Tapi karena keributannya. Hahahahaha…
Ruang kelas yang berdekatan dengan ruang dewan guru menjadi benar-benar ancaman nyata. Hampir tiap hari kami menjadi bulan-bulanannya guru. Mulai dari ocehan sampai tamparan pernah mewarnai hari-hari kami. Semua itu terjadi ketika tidak ada guru yang masuk ngajar. Di saat seperti itulah, terjadi hal-hal aneh di dalam kelas. Mulai dari bernyanyi yang tidak jelas sampai perkelahian karena alasan sepeleh. Menyebut-nyebut nama orang tua. Saya pulalah yang pernah menjadi korbannya. Berkelahi karena hal itu. Apalagi kalau ketua kelas mulai mencatat nama-nama yang ribut. Berbagai macam pembelaan muncul dan semakin gaduh. Hmmm, mulailah terjadi perang dunia ketiga. Hehehehe… Jangan ditiru ya…
Masa-masa labil di SMP memang sepertinya begitu rentan memicu kekacauan. Jika tidak diarahkan dengan baik, akan mudah terjerumus dalam keburukan. Kisah akhir yang bisa saja nanti menyedihkan. Untungnya waktu itu saya cenderung berteman dengan orang-orang yang baik. Menyibukkan diri dengan belajar. Sesekali bermain bersama. Kejar-kejaran baik dengan teman-teman sesama pria maupun lawan jenis. Disitu pula muncul virus-virus merah jambu. Eits, saya bukanlah tipe yang mudah terjebak dalam mahligai cinta monyet ala SMP. Tapi menyaksikan kisah kasih di sekolah waktu itu lumayan menstimulasi bayang-bayangku, untuk ikut-ikut dalam dunia itu. Hehehe…
Keseruan, kebersamaan dan persaingan kala itu seolah mengajak saya untuk kembali di masa itu. Saya masih ingat sekali. Setiap habis mata pelajaran penjaskes. Kami yang laki-lakinya langsung lari terbirit-birit. Berlomba dan berharap lebih dahulu berada di lapangan depan sekolah. Lapangan berbatu dan sedikit rumput itu, memang biasa digunakan oleh para siswa yang haus akan bermain sepak bola. Tepat di bawah pohon mangga besar itulah biasa kami meluapkan rasa lelah. Setelah hampir tiap hari memutar otak di dalam kelas. Saya memang bukanlah sosok pesebak bola. Ketidakpandaianku dalam bermain bola selalu menjadi bahan candaan teman-teman. Bagi saya tidak masalah asalkan menyenangkan, go on saja.
Sejak itu pula, saya melatih kemampuan bermain sepak bola. Di tambah sepak takraw dan tenis meja. SMP N 2 Bau-Bau biasa menjadi juara sepak takraw dan tenis meja, bahkan tingkat provinsi. Bukan cuma itu, beberapa cabang lomba seperti olimpiade matematika, fisika, biologi dan pidato bahasa inggris pernah mengharumkan nama sekolah.
Setiap upacara senin. Ketika ada yang baru mengikuti lomba dan meraih juara. Pasti diumumkan di hadapan semua warga sekolah. Tepuk tangan meriah dan gemuruh kekaguman membahana di antara para siswa. Bangga sekali mereka yang biasa dipanggil namanya itu. Maju ke depan, dihadapan banyak orang dan memegang piala serta menerima ucapan selamat dari kepala sekolah. Menyaksikan hal itu, mendorong siapa saja untuk ingin seperti itu. Mendapat sambutan kebahagiaan dari seluruh penghuni sekolah.
Ritual pengumuman penghargaan itu tampaknya berhasil. Saya yang menyaksikan itu dibuat tervisual. Tenggelam dalam mimpi. Merangsang harapan besar.  Ingin juga seperti itu. Membayangkan jika nama saya yang dipanggil. Betapa bahagianya orang tua jika tahu anaknya mendapat prestasi.
Betul, kelas dua semester dua. Guru fisika, ibu Marmina menawarkan saya untuk ikut seleksi olimpiade fisika tingkat kota. Hati berdebar-debar tak karuan. Sulit menerima amanah ini. Membawa nama sekolah di tingkat kota. Berat dan ragu berhadapan dengan perwakilan sekolah tingkat kota. Tapi, keinginan besar itu tetap mengudara di alam impianku. Entahlah, bagaimana rasanya meraih juara dan membanggakan sekolah serta keluarga.
Karena hasil tak pernah mengkhianati usaha. Berkat kerja keras. Kegigihan yang menggebu. Doa dari orang-orang terdekat. Akhirnya, nama saya turut membanggakan sekolah dan keluarga. Juara 1 seleksi olimpiade fisika tingkat kota Bau-Bau. Tentu bangga dan bersyukur. Semuanya berjalan sesuai apa yang saya visualkan. Mungkin inilah yang dinamakan the power of dream. Kekuatan mimpi mampu menembus ketidakmungkinan menjadi nyata. Hanya dibutuhkan keberanian untuk memulai. Itu saja, setelah itu lihatlah hasilnya. 
Segala cerita di masa SMP biarlah menjadi cerita menarik di masa depan. Sedikitnya bisa memotivasi generasi masa datang. Menjadikan pengalaman itu sebagai batu loncatan. Agar kita bisa melompat lebih tinggi. Hingga mampu mencapai bintang-bintang di angkasa. Dengan itu pula, kita menerangi gelap. Menebar cahaya yang tak kian redup. Semoga kita semua yang pernah terlibat dalam senda gurau masa-masa SMP, senantiasa sukses dan berjalan sesuai dengan visualnya. Sekian dan thank you….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin

Ilham, S.Pd.,Gr.,M.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kota Baubau Sulawesi Tenggara Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antar Materi...